Sabtu, 27 Oktober 2012

Merasakan Kehadiran Allah SWT

Di antara tujuan penting disyariatkannya ibadah-ibadah mahdlah (ibadah khusus), seperti shalat dan shaum adalah tertanamnya kesadaran tauhid. Yakni, kesadaran bahwa Allah SWT selalu hadir dalam segala situasi dan kondisi menyertai hamba-Nya. Dia tidak akan pernah tertidur sekejap pun dan tidak akan pernah lupa terhadap segala amal perbuatan yang dilakukan hamba-Nya. Perhatikan firman-Nya dalam Alquran (Al-Baqarah: 255), ''Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak pula tidur. Kepunyaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang bisa memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.'' Dalam surat Ali 'Imran 99, Allah pun berfirman, ''Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?' Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.'' Ketika seseorang berdoa, ia akan melakukannya dengan penuh kesungguhan karena yakin Allah SWT Mahadekat, Maha Mendengar, dan Maha Mengabulkan segala rintihan dan permohonan hamba-Nya. Allah berfirman, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (Al-Baqarah: 186). Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin bahwa Dia akan mengabulkannya. Ketahuilah oleh kamu sekalian bahwasanya Allah SWT tidak akan mengabulkan doa dari orang yang hatinya lalai dan lupa.'' Ketika seseorang berjuang menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan dalam hidupnya, ia akan selalu optimistis bahwasanya Allah akan menolongnya, meskipun sebagian besar manusia tidak menyukainya bahkan menentangnya. Tantangan-tantangan tersebut akan dijadikannya sebagai peluang dan kesempatan untuk lebih mengoptimalkan dan memfungsikan sikap hidupnya tersebut, sebab diyakininya bahwa tidak ada keberhasilan yang maksimal kecuali setelah mampu mengatasi hambatan. Tidak ada kemudahan yang akan diraih kecuali setelah berhasil mengatasi kesulitan. Firman Allah SWT, ''Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.'' (Al-Insyirah: 5-6). Merasakan kehadiran Allah dalam sanubari kita akan menyebabkan terhambatnya keinginan-keinginan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif dan merusak, walaupun orang-orang tidak mengetahuinya. Akan timbul pula kekuatan yang sangat dahsyat yang mampu mengatasi gejolak hawa nafsu dalam melakukan perbuatan buruk dan tercela. Karena itu, jika tujuan ini dihayati secara sungguh-sungguh oleh setiap orang yang beribadah, maka pasti ibadahnya akan melahirkan perbuatan yang selalu sesuai dengan aturan dan ketentuan-Nya. Allah SWT berfirman, ''Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.'' (Al-An'am: 162). Wallahu a'lam. (Sumber : KH Didin Hafidhuddin )