Selasa, 12 November 2013

MEMBANGUN GENERASI RABANI

Pergantian generasi merupakan sunnatullah yang pasti akan terjadi pada suatu kaum atau bangsa. Apakah pergantian itu lebih baik atau lebih buruk dari generasi sebelumnya tergantung pada kesungguhan dalam mempersiapkan pengkaderan generasi yang akan datang. Jika dipersiapkan dengan baik dan sungguh-sungguh insya Allah akan menghasilkan suatu generasi yang lebih baik. Begitu pula sebaliknya jika asal-asalan maka akan menghasilkan suatu generasi yang lebih buruk dari generasi pendahulunya. Fonomena generasi saat ini Jika kita perhatikan kondisi pada akhir- akhir ini, terlihat adanya gejala demoralisasi di masyarakat. Kejahatan dan kekerasan hampir menjadi konsumsi kita setiap hari di media cetak dan elektronik. Perzinahan, aborsi dan kasus kecanduan narkoba menduduki peringkat tertinggi yang terjadi pada generasi muda. Sampai-sampai kekurang percayaan terhadap generasi muda saat ini akan diadakan tes keperawanan. E…ada apa ya generasi saat ini…? Mau kemana masa depan generasi kita ini…? Selain itu arus informasi yang masuk hampir tanpa batas, seperti mode/gaya hidup orang barat, telah diadopsi tanpa filter (saringan) dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan dan kebanggaan. Fenomena ini hendaknya dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita sebagai orang tua. Apakah selama ini kita menjaga diri, keluarga dan masyarakat di sekitar kita agar tidak terkena dampak demoralisasi. Ataukah selama ini kita lupa dan melalaikannya. Anak merupakan amanah Allah yang meski dijaga dan dipelihara sehingga menjadi anak yang sholih dan sholihah. Allah dengan jelas memberikan perintah kepada kita dalam firmanNya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka….”. (At-Tahrim: 6) Gambaran karakter generasi dalam Al qur’an Karakter generasi menurut firman Allah dalam surat Maryam ayat 59 : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia- nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. Karakter generasi yang buruk adalah memperturutkan hawa nafsu dan melalaikan sholat/ibadahnya kepada Allah. Ke mana hawa nafsunya condong, ke situlah ia berjalan. Generasi seperti ini tidak memperdulikan apakah sesuatu yang ia lakukan halal atau haram, dosa atau berpahala, yang terpenting bagi mereka tercapai semua yang diinginkannya. Dalam hal berpakaianpun yang penting mode atau sedang trend, tidak peduli apakah pakaian tersebut menutupi aurat atau malah mempertontonkan aurat. Generasi seperti ini hanya akan membawa kesesatan hidup di dunia dan di akhirat. Konsep Al qur’an mempersiapkan generasi Persiapan pembentukan generasi yang akan datang mutlak diperlukan sebagai suatu keharusan yang tidak bisa dibantah lagi. Sehingga perlu dipersiapkan dengan sebaik- baiknya, baik yang berkaitan dengan aqidahnya, pendidikannya, muamalahnya, juga yang berkaitan dengan akhlaknya, sehingga regenerasi yang berlangsung menghasilkan generasi baru yang lebih baik daripada pendahulunya. Penulis tidaklah muluk- muluk dalam mengungkapkan bagaimana mempersiapkan generasi yang ideal. Alangkah baiknya jika kita melihat teladan yang bisa kita contoh dari para nabi dalam mempersiapkan generasi yang akan datang. Dalam Al- Qur’an diungkapkan bahwa para nabi pun mempersiapkan masalah peralihan generasi ini dengan sebaik- baiknya. Hal ini terdapat pada surat Al- Baqarah ayat 132 dan 133 : “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak- anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak- anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam’. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda- tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak- anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhan- mu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya’.” Kita lihat di sini, pada surat Al- Baqarah ayat 132 bahwa akhlak dan aqidah generasi pengganti para nabi itu sama. Dalam hal ini persamaan ideologi dan idealisme antara generasi pendahulu dengan generasi berikutnya. Upaya mempersiapkan generasi pengganti supaya lebih baik daripada generasi pendahulunya dilakukan melalui proses pendidikan dan pembinaan. Penanaman nilai- nilai atau ideologi yang diwasiatkan atau diwariskan oleh generasi pendahulu itu tidak lain adalah nilai- nilai dan ideologi Islam yang sangatlah sempurna. Kewajiban orangtua atau generasi pendahulu memberikan modal yang paling utama bagi generasi muda dengan islamiyyatul hayah atau Islamisasi kehidupan, yang menginternalisasi nilai- nilai keislaman dalam ekonomi, pendidikan, politik, ataupun teknologi dalam kehidupan sehari- hari. Di dalam surat Al- Baqarah ayat 133, mengungkapkan tentang bagaimana perhatian (kekhawatiran) Nabi Ya’qub terhadap anak- anaknya (generasi pengganti) dalam hal aqidah dan ideologinya. Nabi Ya’qub mewariskan keyakinan, aqidah dan ideologi serta prinsip hidup (manhajul hayah) yang harus dipersiapkan bagi generasi penerus. Inilah contoh proses regenerasi yang dipersiapkan, yang tidak semata- mata berkaitan dengan masalah materi saja, tetapi juga berkaitan dengan manhajul hayahnya serta prinsip hidupnya. Pertanyaan bagi kita apakah pilihan kita mewariskan prinsip idealisme keislaman atau harta bagi anak- anak generasi penerus kita? Pemuda adalah generasi penerus estafet kepemimpinan yang mewarisi negeri Indonesia tercinta ini. Di tangan pemudalah nasib masa depan negeri Indonesia ini bergantung. Apabila generasi muda meiliki spiritualitas keimanan yang tinggi maka negeri ini akan tetap dalam keberkahan. Apabila para pemudanya berpegang teguh pada kebenaran maka masa depan negeri ini akan tetap dalam kebaikan. Apabila pemudanya memiliki integritas, kematangan jiwa dan intelektualitas maka ke depan negeri ini akan memiliki pemimpin yang unggul dan handal. Sebagaimana kalimat bijak “Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari.” Karakter yang harus dimiliki generasi muda Generasi masa datang haruslah generasi muda yang cemerlang mewarisi dan berpedoman pada pola kepemimpinan Rasululullah SAW yaitu sidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Generasi yang mempunyai sifat sidiq yang mampu jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang lain serta jujur terhadap Allah SWT. Generasi yang memiliki sifat tabligh yang mampu menyebarkan kebenaran Islam, menebarkan kedamaian sehingga menjadikan lingkungan masyarakat yang damai. Generasi yang amanah dapat dipercaya, dihormati dikarenakan dalam diri yang amanah melekat nilai tanggungjawab sehingga generasi memiliki integritas yang tinggi. Generasi yang mempunyai sifat fathonah akan memiliki kecerdasan intelektualitas, emosional serta yang paling penting adalah kecerdasan spiritual sehingga mampu bersikap arif bjaksana dalam mengambil tindakan (the man of wisdom), berdisiplin tinggi serta dapat memilih sesuatu yang terbaik. Generasi rabbani merupakan sosok muslim yang ideal. Mudah- mudahan kita bisa membimbing dan mendidik keturunan dan keluarga kita agar menjadi generasi- generasi rabbani yang akan meneruskan perjuangan dan tegaknya diinul Islam menjadikan negara Indonesia yang dinaungi keberkahan dari Allah AWT. Wallahu a’lam bishowwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar